Laman

Rabu, 27 Februari 2013

Waspadai Segala Bentuk Penyakit Stomatiti

milanysti -

Waspadai Segala Bentuk Penyakit Stomatitis

Stomatitis atau sariawan adalah penyakit yang sering datang dan mengambuhi orang pada segala usia. Stomatitis atau sariawan adalah luka yang muncul pada jaringan lunak pada mulut. Luka tersebut kadang satu kadang beberapa bahkan ada yang berada diseluruh permukaan mukosa mulut.

’’Umumnya stomatitis dapat sembuh dengan sendirinya. Sariawan ini dapat terjadi karena tergigit, terkena duri ikan dan terkena sikat gigi, serta akibat kekurangan vitamin C,’’ujar dokter yang akrab disapa Bambang ini.
Namun, sambungnya, dengan semakin banyaknya penyakit seperti stomatitis itu harus diwaspadai. Adapun penyakit yang tanda-tandanya seperti sariawan adalah herpes. Herpes dapat muncul dimana saja termasuk di dalam mulut.


Penyebab Stomatitis.

Stomatitis merupakan penyakit yang diakibatkan dengan adanya jamur pada mulut dan saluran kerongkongan. Jamur yang sekarang kebih dikenal dengan sebutan Candida albicans bukanlah jamur yang aneh dan berbahaya. Hampir di setiap jengkal tubuh kita mengandung jamur ini termasuk di daerah mukosa mulut dan alat kelamin, namun adanya jamur ini tidak menimbulkan keluhan yang berarti. Dulu jamur ini lebih dikenal dengan sebutan Jamur Monilia. Jamur ini sering menimbulkan keluhan di karenakan daya tahan tubuh manusia (imuno) yang menurun sehingga pertahanan terhadap jamur dan bakteri lainnya berkurang. Dengan demikian penyakit yang ringan pada mulut ini bisa mengindikasikan penyakit yang lebih berat. Meski penyakit ini tidak begitu berat namun tetap saja keberadaan penyakit ini dapat mengganggu aktifitas sehari-hari.

Faktor Risiko Stomatitis.

Ada beberapa faktor-faktor risiko penyebab yang dapat mengakibatkan stomatitis diantaranya :
Keadaan gigi pasien, karena higiene gigi yang buruk sering dapat menjadi penyebab timbulnya sariawan yang berulang.
Luka tergigit, bisa terjadi karena bekas dari tergigit itu bisa menimbulkan ulser sehingga dapat mengakibatkan stomatitis aphtosa.
Mengkonsumsi air dingin atau air panas.
Alergi, bisa terjadi karena kenaikan kadar IgE dan keterkaitan antara beberapa jenis makanan dan timbulnya ulser.
Faktor herediter bisa terjadi, misalnya kesamaan yang tinggi pada anak kembar, dan pada anak-anak yang kedua orangtuanya menderita stomatitis aphtosa.
Kelainan pencernaan.
Faktor psikologis (stress).
Gangguan hormonal (seperti sebelum atau sesudah menstruasi.
Pada penderita yang sering merokok.
Pada penggunaan obat kumur yang mengandung bahan-bahan pengering (misal,alkohol, lemon/ gliserin) harus dihindari.
Kekurangan vitamin C.
Kekurangan vitamin B dan zat besi.

Stomatitis ini sering menyerang siapa saja. Tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah yang paling sering timbul sariawan ini adalah di mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit.

Gejala Stomatitis.

Gejalanya berupa rasa panas atau terbakar yang terjadi satu atau dua hari yang kemudian bisa menimbulkan luka (ulser) di rongga mulut. Bercak luka yang ditimbulkan akibat dari sariawan ini agak kaku dan sangat peka terhadap gerakan lidah atau mulut sehingga rasa sakit atau rasa panas yang dirasakan ini dapat membuat kita susah makan, susah minum, ataupun susah berbicara. Penderita penyakit ini biasanya juga banyak mengeluarkan air liur. Biasanya sariawan ini akan sembuh dengan sendirinya adalam waktu empat sampai 20 hari. Bila penyakit ini belum sembuh sampai waktu 20 hari maka penderita harus diperiksa lebih lanjut untuk menentukan apakah ada sel kankernya atau

Macam-macam Stomatitis.

1. Mycotic stomatitis.

Mycotic stomatitis adalah stomatitis yang disebabkan oleh adanya infeksi mulut atau rongga mulut oleh jamur Candida. Mycotic stomatitis, disebabkan oleh pertumbuhan Candida albicans , yang merupakan penyebab stomatitis yang luar biasa pada anjing dan kucing. Hal ini ditandai dengan adanya bercak putih kekuningan pada lidah atau membran mukosa. Mycotic stomatitis biasanya dihubungkan dengan penyakit mulut yang lain, penggunaan terapi antibiotik yang lama, atau pemberian immunosuppression. Pada mycotic stomatitis sering kali pada jaringan terjadi kemerahan dan timbul ulsor di bagian rongga mulut.

2. Gingivostomatitis.

Gingivostomatitis merupakan infeksi virus pada gusi dan bagian mulut lainnya, yang menimbulkan nyeri. Gusi tampak berwarna merah terang dan terdapat banyak luka terbuka yang berwarna putih atau kuning di dalam mulut.

3. Denture stomatitis atau Chronic stomatitis.

Denture stomatitis adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah gigi tiruan lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah.
Budtz-Jorgensenl mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam- macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus-menerus, oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan faktor sistemik. Oleh karena itu, gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannyapun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.

4. Aphthous stomatitis.

Apthous stomatitis (sariawan) adalah stomatitis yang paling umum sering terjadi. Sariawan ini adalah jenis ulkus yang sangat nyeri pada jaringan lunak mulut, bibir, lidah, pipi bagian dalam, pharing, dan langit-langit mulut halus. Tipe sariawan ini tidak menular.

Stomatitis aphtosa ini mempunyai 2 jenis tipe penyakit, diantaranya :
Sariawan akut bisa disebabkan oleh trauma sikat gigi, tergigit, dan sebagainya. Pada sariawan akut ini bila dibiarkan saja akan sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari.
Sariawan kronis akan sulit sembuh jika dibiarkan tanpa diberi tindakan apa-apa. Sariawan jenis ini disebabkan oleh xerostomia (mulut kering). Pada keadaan mulut kering, kuantitas saliva atau air ludah berkurang. Akibatnya kualitasnya pun juga akan berkurang. Penyebab dari xerostomia ini bisa disebabkan gangguan psikologis (stress), perubahan hormonal, gangguan pencernaan, sensitif terhadap makanan tertantu dan terlalu banyak mengonsumsi antihistamin atau sedatif.

Adapun secara klinis stomatitis aphtosa ini dapat dibagi menjadi 3 sub tipe, diantaranya :

1. Stomatitis aphtosa minor (MiRAS).

Sebagian besar pasien menderita stomatitis aphtosa bentuk minor ini. Yang ditandai oleh luka (ulser) bulat atau oval, dangkal, dengan diameter kurang dari 5mm, dan dikelilingi oleh pinggiran yang eritematus. Ulserasi pada MiRAS cenderung mengenai daerah-daerah non-keratin, seperti mukosa labial, mukosa bukal dan dasar mulut. Ulserasi bisa tunggal atau merupakan kelompok yang terdiri atas empat atau lima dan akan sembuh dalam jangka waktu 10-14 hari tanpa meninggal beka.

2. Stomatitis aphtosa major (MaRAS).

Hanya sebagian kecil dari pasien yang terjangkit stomatitis aphtosa jenis ini. Namun jenis stomatitis aphtosa pada jenis ini lebih hebat daripada stomatitis jenis minor (MiRAS). Secara klasik, ulser ini berdiameter kira-kira 1-3 cm, dan berlangsung selama 4minggu atau lebih dan dapat terjadi pada bagian mana saja dari mukosa mulut, termasuk daerah-daerah berkeratin. Stomatitis aphtosa major ini meninggalkan bekas, bekas pernah adanya ulser seringkali dapat dilihat penderita MaRAS; jaringan parut terjadi karena keseriusan dan lamanya lesi.

3. Ulserasi herpetiformis (HU).

Istilah ’herpetiformis’ digunakan karena bentuk klinis dari HU (yang dapat terdiri atas 100 ulser kecil-kecil pada satu waktu) mirip dengan gingivostomatitis herpetik primer, tetapi virus-virus herpes initidak mempunyai peran etiologi pada HU atau dalam setiap bentuk ulserasi aphtosa.

Cara Mengatasi Stomatitis.

a. Bentuk Pengobatan.

Bentuk-bentuk pengobatan stomatitis :
Obat kumur.
Obat-obat pelindung.
Anestetik local.
Obat-obat antibakteri atau antijamur.
Kortikosteroid.

Untuk mengatasi penyakit ini dapat menggunakan beberapa jenis obat baik dalam bentuk salep, obat tetes maupun obat kumur. Saat ini sudah tersedia pasta gigi yang dapat mengurangi terjadinya sariawan, jika ternyata sariawan terlanjur parah, dapat digunakan antibiotik dan obat penurun panas (bila disertai demam), sariawan umumnya akan sembuh dalam waktu 4 hari, namun bila sariawan tidak kunjung sembuh, segera periksa ke dokter karena hal itu dapat menjadi gejala awal adanya kanker mulut.

b. Pencegahan Stomatitis.

Cara mencegah penyakit ini dengan mengetahui penyebabnya, apabila kita mengetahui penyebabnya diharapkan kepada kita untuk menghindari timbulnya sariawan ini diantaranya dengan :
Menjaga kebersihan mulut.
Mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12, vitamin C dan zat besi.
Menghadapi stress dengan efektif.
Menghindari luka pada mulut saat menggosok gigi atau saat menggigit makanan.
Menghindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin.
Menghindari makanan dan obat-obatan atau zat yang dapat menimbulkan reaksi alergi pada rongga mulut.

Konsep Asuhan Keperawatan.

a. Pengkajian.
Kebersihan rongga mulut meliputi : mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit
Frekuensi kunjungan ke dokter gigi.
Kesadaran akan adanya lesi atau area iritasi pada mulut, lidah, atau tenggorokan.
Masukan makanan setiap hari meliputi: jenis makanan, asupan vitamin dan mineral (vit.c, vit.b, dan zat besi).
Penggunaan alcohol dan tembakau.
Pemeriksaan fisik.
Dimulai dengan insfeksi terhadap bibir untuk kelembapan, hidrasi, warna, tekstur, simetrisitas dan adanya ulserasi atau fisura.
Gusi diinspeksi terhadap inflamasi, perdarahan, retraksi, dan perubahan warna.
Lidah.
Dorsal (punggung) diinspeksi untuk tekstur, warna dan lesi.
Inspeksi bagian mulut terhadap adanya lesi, bercak putih terutama pada bagian mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit – langit.

b. Diagnosa Keperawatan.
1. Perubahan membran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi atau trauma kimia atau mekanis.
Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh, yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral atau gigi.
Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan intake cairan yang kurang.
Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan.
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengobatan.
Risiko terhadap infeksi yang behubungan dengan penyakit.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit.

c. Intervensi Keperawatan.

1. Perubahan membran mukosa oral yang berhubungan dengan kondisi patologis, infeksi atau trauma kimia atau mekanis. yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral atau gigi.

Intervensi keperawatan :
Peningkatan perawatan mulut.
Menjamin masukan makanan dan cairan adekuat.
Meningkatkan control infeksi.

2. Perubahan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh.

Intervensi keperawatan :
Peningkatan perawatan mulut.
Menjamin masukan makanan dan cairan adekuat.

3. Gangguan cairan tubuh berhubungan dengan intake cairan yang kurang.

Intervensi keperawatan :
Menjamin masukan makanan dan cairan adekuat.
Control intake dan output cairan pasien.

4. Nyeri yang berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan.

Intervensi keperawatan :
Meminimalkan ketidaknyamanan dan nyeri.
Melakukan tindakan distraksi dan mengajarkan klien melakukan teknik relaksasi untuk meminimalisir nyeri.

5. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan pengobatan.

Intervensi keperawatan :
Mendukung citra diri positif.
Meningkatkan komunikasi efektif.

6. Risiko terhadap infeksi yang behubungan dengan penyakit.

Intervensi keperawatan :
Peningkatan perawatan mulut.
Meminimalkan ketidaknyamanan dan nyeri.
Meningkatkan control infeksi.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit.

Intervensi keperawatan :
Pendidikan kesehatan dan pertimbangan perawatan di rumah tentang pentingnya perawatan kebersihan mulut, rongga mulut, dan gigi.
Mengajarkan teknik menggosok gigi yang benar.

d. Implementasi.

Sasaran : sasaran utama untuk pasien mencakup perbaikan pada kondisi membran mukosa oral.

e. Evaluasi.
Menunjukkan bukti membran mukosa secara utuh.
Mencapai dan mempertahankan berat badan yang diinginkan.
Mempunyai cirri diri positif.
Mendapatkan tingkat kenyamanan yang dapat diterima.
Mengalami penurunan rasa takut yang berhubungan dengan nyeri, isolasi dan ketidakmampuan.
Bebas dari infeksi.
Mendapatkan informasi tentang proses penyakit dan program pengobatan.

sumber